Sunday, July 24, 2011

Kematian itu nasehat

Hari-hari belakangan ini saya beberapa kali mendapat berita duka. Seorang kawan dalam usia yang produktif dengan karier cemerlang mendadak dipanggil yang Maha Kuasa. Seorang kawan dosen muda, Dalam usianya yang 27 tahun tanpa diagnosa yang jelas dari dokter juga menemui ajalnya setelah dirawat kurang dari seminggu. Dan beberapa orang yang saya kenal dengan sakit yang tidak parah tiba-tiba saja mendahului kita. Terkadang logika kita yang linier tersentak, semuda itukah? secepat itukah? penyakit apakah?. Sungguh kematian adalah rahasia Tuhan.

Dalam filsafat barat yang menjadi titik tolak ilmu pengetahuan dan peradaban kita hari ini, Manusia adalah sentrum alam semesta (Antroposentris). Pandangan ini berasal dari mitologi yunani yang percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengatasi seluruh masalahnya dan menafikan peran Tuhan. Dengan pemahaman ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, sebagian manusia pun menjadi semakin yakin bahwa manusialah penguasa jagad raya ini. Tapi ternyata Pandangan tersebut sangat rapuh dan tak berkutik didepan fenomena kematian. Manusia ternyata begitu tidak berdaya melawan takdir Allah. Allah telah berfirman, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (QS.Ali Imran :185 ). Jangankan menghindarinya, menundanya barang sedetikpun manusia tak berdaya. Firman Allah: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS .Al Jumuah : 62).

Kematian adalah suatu kepastian, seperti halnya pergantian siang dan malam.” Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup . Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”(QS.Ali Imran:27). Sehingga kematian tidaklah pantas untuk ditakuti. Adanya kematian bukanlah akhir dari kehidupan , namun menjadi pintu untuk kehidupan selanjutnya bagi yang meninggal dan nasihat bagi kita yang masih hidup . Nasihat agar lebih menghargai kehidupan. Untuk menyadari bahwa suatu saat yang entah kapan kita akan dipanggil mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama hidup yang diberi peran dan tanggung jawab untuk mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah dimuka bumi.Allah berfirman: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S.Adz Dzariyaat:56) . Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.AlBaqarah:30)

Kematian mengingatkan kita yang masih memiliki sisa umur untuk tidak terus berada dalam kerugian dengan mengerjakan amal shalih dan menasehati dalam kebenaran dan untuk tetap sabar .Allah berfirman : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS.Al ‘Ashr:1-3) . Kematian bagi kaum beriman tidaklah pantas untuk ditakutkan, yang pantas ditakutkan adalah bekal menghadapi hari pembalasan. Hari dimana Kebajikan dan keburukan yang sekecil apapun akan mendapat ganjaran Allah:

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka[1596], Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(QS. Al-Zalzalah :6-8). Pada ayat yang lain Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al Hasyr :18)

Semoga kita masih diberi kesempatan untuk bisa terus beramal shalih dan beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukannya agar kita bisa mendapatkan kenikmatan yang besar di akhirat nanti yaitu berjumpa dengan Allah sesuai firman-Nya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”( QS. Al-Kahfi: 110). Dan semoga jiwa kita kembali kehadapan Allah dengan tenang, hati yang puas dan dirihoi-Nya sebagaimana firmannya : Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam syurga-Ku.(QS Al Fajr.27-30)

Friday, June 24, 2011

Mubarak dan Candu Kekuasaan

Kekuasaan Mubarak akhirnya jatuh setelah didemo oleh rakyatnya selama berhari- hari dan merenggut banyak korban. Dia tak punya pilihan, meskipun keinginan untuk tetap berkuasa masih kuat, Namun tekanan yang besar memaksanya untuk mundur. Berkuasa selama 30 tahun membuatnya ketagihan, seperti seorang pencandu narkotika yang ketergantungan, meski tahu akan berdampak buruk pada dirinya bahkan bisa menyebabkan kematian namun dia tak sanggup menghentikannya. Mubarak semestinya berterima kasih pada rakyatnya, seperti halnya keluarga yang melepaskannya dari zona nyaman yang sangat berbahaya.

Kondisi masa depan Mesir pasca jatuhnya Mubarak sangat tidak menentu. Penderitaan rakyat, kemunduran ekonomi, konflik horizontal di masyarakat adalah hal yang pasti terjadi akibat ambisi mempertahankan kekuasaan yang berlebih dimana rakyat selalu menjadi korban. Tak semua Negara mampu melewati turbulensi politik dalam transisi kekuasaan, Bahkan beberapa Negara hilang dalam peta dunia akibat tak mampu melewati turbulensi politik seperti itu,

Ketagihan berkuasa suatu rezim memiliki dampak negative yang sangat besar, baik bagi sang tirani terlebih bagi rakyatnya. Sebegitu buruknya kah kekuasaan sehingga dianalogikan dengan narkotika? Narkotika sesungguhnya sangat di butuhkan di saat yang tepat, saat operasi misalnya. Dengan dosis yang tepat narkotika sangat bermanfaat,seperti juga kekuasaan hanya bermanfaat jika dengan aturan dan batas waktu yang tepat. Berkuasa melintasi beberapa generasi jelas over dosis, kadaluarsa dan sudah tentu berbahaya bagi masyarakat.

Dalam pandangan islam, kekuasaan adalah alat untuk memakmurkan bumi, sebagai perwakilan Tuhan di muka bumi menebarkan rahmat. Kekuasan ( amanah) bukan untuk di syukuri tetapi seharusnya orang yang mendapatkannya harus berduka ibarat mendapat musibah sehingga layak mengucapkan innalillahi wainna ilaihi rajiun. Kekuasaan membutuhkan tanggung jawab yang berat, dan juga harus di pertanggung jawabkan di hari kemudian. Dalam al-Qur’an surah As-shaad ayat 26, Allah swt telah memperingatkan, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

Namun, banyak orang mengira bahwa berkuasa itu adalah nikmat, sehingga harus di rebut dengan berbagai cara dengan mengorbankan harta benda, harga diri, keluarga, ketentraman sosial bahkan nyawa manusia. Fenomena merebut kekuasaan dengan berbagai cara bukan lagi sesuatu yang aneh di Indonesia. Tontonan perebutan kekuasaan di pilkada selalu menghiasi headline media massa . Kerusakan yang ditimbulkannya begitu banyak, dan perbaikan yang akan dilakukannya kelak jika berkuasa belum tentu besar. Bahkan calon penguasa yang ambisius cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi ketika berkuasa. Penyebabnya tiada lain adalah asumsi bahwa kekuasaan adalah suatu kenikmatan dan kesempatan yang harus direbut, tanpa melihat beratnya tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Manusia dari masa ke masa memang banyak yang tergoda dengan silaunya zona nyaman kekuasaan. Jika merebutnya saja banyak orang yang tergila- gila sampai harus mengorbankan seluruh hidupnya, apatah lagi oleh orang yang telah mengecapnya. Ibarat orang kehausan meminum air laut, rasa hausnya tidak akan hilang, malahan akan bertambah. Pemimpin yang terjebak dalam zona ini cenderung menggunakan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya, seluruh energinya di habiskan untuk hal tersebut sehingga berbagai persoalan rakyat yang menjadi tugas pokoknya menjadi terlupakan. Penyalahgunaan wewenang pejabat,Korupsi, Penggelapan pajak adalah bagian dari tidak terkontrolnya negara dan lemahnya tanggung jawab pemegang kendali kekuasaan.
Mubarak hanyalah satu contoh dari sekian penguasa yang sulit menghentikan dirinya dari kecanduan berkuasa. Meski rakyat yang di pimpinnya sudah tak sanggup lagi, pertanda gagalnya pereintahan yang dipimpinya namun jika tak dipaksa dia tidak akan berhenti. Ini pertanda bahwa tanggung jawab yang menjadi tujuan utama kekuasaan memang telah diabaikan. Jadi untuk apa berkuasa jika rakyat sudah tak merasakan manfaatnya, bukankah tanggung jawab kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat.
Peralihan kekuasaan di Indonesia

Dalam sejarah Indonesia, Kita telah menyaksikan efek candu kekuasaan pada dua rezim yang berakhir buruk , Sukarno dan Suharto. Tak seorang pun yang meragukan kemampuan dan tanggung jawab Sukarno untuk memegang tampuk kekuasaan diawal pemerintahannya, namun ternyata beliau juga tak mampu melepaskan diri dari candu kekuasaan sehingga lahirlah ide demokrasi terpimpin dan Tap MPR tentang presiden seumur hidup. Ketidakmampuan melepaskan diri dari zona nyaman kekuasaan berakhir buruk untuk dirinya dan juga seluruh bangsa Indonesia.Munculnya berbagai pemberontakan di berbagai wilayah Indonesia sebenarnya pertanda adanya signal bahwa kekuasaan sudah berjalan tidak sehat. Namun Sukarno tak mampu melepaskan diri dari zona nyaman kekuasaan. Peralihan kekuasaan pun terjadi dengan abnormal dan rakyat menanggung akibat yang tidak kecil. Turbulensi peralihan kekuasaan yang harus di bayar mahal oleh negeri ini, termasuk keterlambatan untuk sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Demikian juga halnya dengan Orde baru, Suharto yang menerima amanat penderitaan rakyat Indonesia di saat jatuhnya sukarno, juga tak mampu belajar dari sejarah. Kendali kekuasaan yang di amanahkan padanya juga membuatnya silau, Beliau tak sanggup berhenti disaat yang tepat, bahkan berusaha mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun dan berakhir buruk setelah dipaksa turun oleh mahasiswa ditahun 1998. Sekali lagi, rakyat menanggung akibat yang tidak kecil. Kerugian materil dan immaterial, bahkan ratusan nyawa rakyat harus menjadi tumbal. Bahkan efek transisi kekuasaan pasca Suharto masih belum stabil sampai hari ini.

Para pemegang kendali kekuasaan seharusnya belajar dari sosok Muhammad Hatta sebagai seorang tokoh yang mampu mengendalikan diri dari nafsu berkuasa. Belau tidak silau dengan sona nyaman kekuasaan, menyadari bahwa kekuasaan adalah tanggung jawab yang berat,Beliau tidak menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri. Bahkan pada saat beliau tak mampu lagi berbuat banyak terhadap rakyat sesuai yang di pahaminya akibat persoalan- persoalan politik waktu itu, beliau dengan segala kearifannya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden.

Peristiwa jatuhnya Mubarak, seperti juga jatuhnya tirani- tirani sebelumnya seharusnya menjadi pelajaran bagi kita di Indonesia. Baik bagi kita yang belum berkuasa terlebih yang sudah memegang kekuasaan. Kekuasaan bukanlah kenikmatan atau kesempatan untuk memperkaya diri tetapi adalah tanggung jawab yang besar untuk kepentingan rakyat. Jika tak sanggup menjawab persoalan – persoalan yang dihadapi rakyat sebaiknnya mempersilahkan orang lain yang mungkin lebih mampu. Berhentilah berpikir memperpanjang kekuasaan dengan menggunakan segala cara karena itu pertanda silau kekuasaan mulai membutakan anda. Rakyat pasti akan bersatu padu untuk menggulingkan kekuasaan, jika sudah tidak lagi memberikan makna bagi mereka meski dengan resiko yang besar. Dua sejarah penggulingan kekuasaan di Indonesia dan jatuhnya Mubarak cukuplah jadi contoh, atau Bangsa ini akan terjatuh di lubang yang sama berkali- kali.

pernah dimuat di kolom opini koran tribun timur tanggal 19 februari 2011

Saturday, February 12, 2011

Puasa,Wahana Membangun Karakter Bangsa

Hakekat Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus, tapi adalah menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu , sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Puasa itu bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja. Tetapi puasa itu adalah menahan diri dari kata-kata yang tidak bermanfaat dan kata-kata kasar. Oleh karena itu, bila ada yang mencacimu atau menjahilimu, maka katakanlah kepadanya, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa! Sesungguhnya aku sedang berpuasa'," (HR.Muslim)

Orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya akan berbuat sesukanya tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Orang tersebut akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya, dan akan terdorong kejalan kebatilan yang menyesatkan. Orang yang tak mampu mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi manusia yang kehilangan akal sehat, budi pekerti dan akhlak yang baik. Manusia yang kehilangan karakter.
Upaya mengendalikan hawa nafsu bukanlah hal yang mudah. Pada saat rasulullah beserta para sahabat kembali dari satu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin, Rasulullah SAW bersabda: “Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar. Sahabat terkejut dan bertanya, "Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? " Baginda berkata, "Peperangan melawan hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi).

Namun demikian, jika kita bersungguh –sungguh dalam perjuangan mengendalikan hawa nafsu maka Allah SWT akan memberikan petunjuk. Firman Allah SWT ::“Mereka yang berjuang untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh jalan Kami, sesungguhnya Kami akan tunjuki jalan Kami. Sesungguhnya Allah itu beserta dengan orang yang buat baik.” ((Surah Al-Ankabut : 69)

Latihan pengendalian hawa nafsu secara optimal adalah berpuasa. Puasa bukan hanya menahan diri dari yang haram, saat berpuasa bahkan kita diharuskan untuk mengendalikan diri dari yang halal. Jika seseorang yang berpuasa tidak mampu menahan hawa nafsunya, puasanya tidak akan memberi manfaat apa-apa. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Beberapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja dari puasanya'," (HR Ibnu Majah)

Kemampuan untuk menahan diri, mengendalikan hawa nafsu adalah modal besar dalam kehidupan. Pengendalian diri seperti rem kehidupan, kemampuan untuk menarik diri dari derasnya arus keinginan duniawi yang berlebihan, yang menjerumuskan kita kedalam jurang kehancuran. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu akan berbuah budi pekerti yang luhur, moral yang baik, Akhlak yang baik. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu akan melahirkan manusia-manusia yang berkarakter unggul.

Karakter Bangsa
Bangsa adalah kumpulan dari tata nilai. Karakter dan mentalitas rakyat adalah pondasi yang kuat dari tata nilai tersebut. Bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi adalah bangsa yang memiliki karakter unggul. Keruntuhan sebuah bangsa ditandai dengan runtuhnya karakter dan mentalitas masyarakatnya.

Bangsa yang memiliki karakter unggul adalah bangsa yang merupakan masyarakat yang baik (good society). Hal tersebut tercermin dari moral dan budi pekerti yang baik, semangat dan tekad yang kuat, optimis, rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi. Masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala individu –individunya adalah manusia yang berakhlak dan berwatak baik, manusia yang bermoral berperilaku baik pula.

Berbagai masalah yang dialami bangsa Indonesia hari ini, adalah cerminan keterpurukan mentalitas dan karakter bangsa. Ada berbagai kasus yang mengingkari akal sehat dan hati nurani kita. Bagaimana korupsi yang merajalela (baca : membudaya) dan tak mampu ditangani pemerintah. Hukum yang selalu berpihak pada orang kaya dan menafikan rakyat kecil. Negara yang tak sanggup memberi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang layak pada warganya, kemiskinan yang mengiris rasa kemanusiaan. Semua itu adalah akibat dari karakter bangsa yang terpuruk.

Demikian juga dengan berbagai kerentanan social, kriminalitas, kecurangan, money politic dan konflik pemilukada,, tawuran antar warga, semua itu menjadi bukti bahwa bangsa ini kehilangan karakter. Bangsa yang kehilangan akal sehat, budi pekerti dan akhlak yang baik. Bangsa yang rakyat dan pemimpinnya hanya memikirkan dirinya sendiri. Rakyat dan pemimpin yang tak mampu menahan diri dan mengendalikan hawa nafsunya.

Dalam al-Qur’an surah As-shaad ayat 26, Allah swt telah memperingatkan, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

Puasa sebagai pendidikan karakter

Puasa adalah pendidikan karakter bagi ummat islam. Berpuasa selama bulan ramadhan akan mengembalikan manusia kepada fitrahnya, seperti manusia yang baru lahir. Manusia yang cenderung kepada kebenaran, Manusia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi serta berbudi pekerti yang luhur. Manusia yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan puasa, memahami dan menghayati maknanya akan melahirkan manusia berakhlak tinggi, Manusia yang berkarakter unggul. Orang tersebut akan meraih keberuntungan, kesuksesan dunia dan akhirat.

Ibadah puasa sebagai sebuah pendidikan karakter adalah upaya pembangunan yang bertata nilai. Pembangunan yang berorientasi pada manusia sebagai subyek pembangunan (human oriented development). Pembangunan yang akan melahirkan manusia yang berkarakter unggul . Manusia – manusia yang akan membentuk masyarakat yang baik (good society).

Ibadah puasa dan ibadah ramadhan lainnya adalah laboratorium pendidikan karakter ummat islam yang relevan bagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Jika hakikat dan makna puasa bisa diwujudkan pada mayoritas ummat, tentu menjadi sumbangan yang besar bagi perbaikan karakter bangsa Indonesia.

Ibadah puasa sebagai wahana perbaikan karakter bangsa berarti merintis jalan untuk tercapainya suatu tata pemerintahan yang baik, atau good governance. Perbaikan karakter bangsa berarti mengatasi berbagai persoalan bangsa secara substansial. Upaya mengurai benang kusut dan meretas jalan bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa. Upaya membangun peradaban yang tinggi.

Sungguh amat banyak manfaat, hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari ibadah puasa. Pantas kiranya bila suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan seandainya umat manusia tahu dan rasakan apa saja keistimewaan Ramadhan, mereka akan memohon kepada Allah agar seluruh bulan menjadi Ramadhan.
Semoga ibadah puasa yang kita lakukan akan memberi manfaat secara personal dan maupun terhadap kehidupan sosial. Terutama dalam membentuk pribadi yang berkarakter unggul, masyarakat yang baik, pemerintahan yang baik untuk peradaban Indonesia yang tinggi. Amin,
Wallahu A’lam

Pernah di muat di tribun timur, agustus 2010

Friday, October 09, 2009

Memaknai Doa makan

Sebagai muslim kita diperintahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik.sesuai firman Allah : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.(QS: Al-Maidah:88). Halal memiliki 2 makna,halal dalam hal jenis makanannya dan halal dalam cara memperolehnya. sedangkan baik dapat berarti bergizi atau bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang haram (cara mendapatkan dan jenisnya) akan menjadi darah dan daging yang haram. Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya (HR. at-Tirmidzi ).Dalam hadist yang lain: beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!” (HR. Muslim)

Oleh karena itu sebagai muslim kita harus berhati- hati dalam urusan makanan.Sebelum kita makan kita disunnahkan membaca doa. Doanya sudah sangat ladzim kita dengar sebagai berikut :
“Allahuma baariklanaa fiimaa razaqtanaa wa qiinaa ‘adzaaba an-naari”. Artinya : ” Ya Allah, berkahilah atas apa-apa yang telah Engkau rizqikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka”.
Membaca doa tersebut seharusnya menjadi harapan sekaligus warning sebelum makanan , jangan sampai makanan (dan sumber penghasilan untuk makan) yang kita makan menjadi daging dan darah yang haram dan mengantar kita keneraka.

Doa ini sangat tajam maknanya dan sangat relevan untuk kondisi hari ini.Dimana orang mengejar harta (alasannya cari makan) tanpa peduli lagi halal haram, apakah rezki itu membawa berkah atau tidak, apakah hartanya itu membawa kepada siksa neraka atau tidak. Bahkan tak sadar makanan untuk anak-anaknya yang tak berdosa pun dari jalan yang tidak halal.

Jika saja setiap muslim di negeri ini mencermati dan memaknai doa sebelum makan sehingga dia dapat menjaga makanan dan sumber untuk mendapatkan makanannya dari yang haram, tentu Komisi Pemberantasan Korupsi akan sedikit berkurang pekerjaannya atau rangking korupsi kita bisa berkurang.

Friday, October 02, 2009

Amal Jariah dan tanggung jawab sosial

Salah satu hadis Rasulullah SAW yang sangat akrab ditelinga kita berbunyi :
“Apabila meninggal anak cucu Adam (manusia), maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal saja, yaitu sedekah jariah, ilmu yang diambil manfaatnya oleh manusia, dan anak yang saleh yang berdoa untuknya “ ( HR.Ahmad ).

Dalam hadis yang lainBeliau bersabda, “Sesungguhnya amal saleh yang akan menyusul seorang mukmin setelah dia meninggal dunia kelak ialah ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak saleh yang dia tinggalkan, mushaf Al Quran yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, rumah tempat singgah musafir yang dia dirikan, air sungai ( irigasi ) yang dia alirkan, dan sedekah yang dia keluarkan di kala sehat dan masih hidup. Semua ini akan menyusul dirinya ketika dia meninggal dunia kelak“ ( HR.Ibnu Majah dan Baihaqi ).

Dari hadist ini dapat dilihat betapa besar penghargaan Islam terhadap tanggung jawab social. Sebuah amal kebaikan yang bermanfaat bagi masyarakat dihargai dengan pahala yang tiada putus-putusnya meskipun pelakunya telah meninggal dunia. Ilmu pengetahuan , partisipasi dan tanggung jawab social dari masyarakat serta kulitas individu yang dibangun dari institusi keluarga seperti dalam hadist diatas adalah tiga kunci pokok dalam membangun peradaban . Hal ini sejalan dengan visi penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk membangun peradaban ( memakmurkan bumi).” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS2:30).

Salah satu krtik yang sering disampaikan untuk muslim Indonesia adalah belum terlihatnya korelasi antara kesalehan individu dengan tanggung jawab social. Hadist Rasulullah SAW yang pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” (Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain ) masih belum tercermin dalam pola dan prilaku masyarakat yang secara ritual sangat religious. Ritual-ritual Islam sangat semarak dilakukan di negeri ini bahkan kadang berlebihan, misalnya menyambut idul fitri. Atau seseorang yang melakukan ibadah haji berkali-kali sementara masyarakat di sekitarnya sangat memprihatinkan.). Ibadah personal secara umum masih dianggap lebih penting dibandingkan ibadah social sehingga efek dari kesalehan individu belum mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengangkat dan memajukan peradaban.

Amin Rais menulis sebuah buku yang berjudul tauhid social yang mengkritisi fenomena tersebut. Namun istilah Tauhid social ini menurut saya hanya populer di kalangan muslim terpelajar, tidak sampai menyentuh pada grass root ummat Islam. Istilah (term) Amal jariah sudah lebih popular bagi ummat islam. Jika saja “Gerakan Amal Jariah” diwujudkan sebagai sebuah gerakan nasional ummat islam di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab social ( kemiskinan, pendidikan, kesehatan) tentu akan sangat besar manfaatnya untuk menigkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia yang masih tertinggal.

Wednesday, July 29, 2009

Filasafat yang terlupakan

Oleh : Syahid Arsjad

Filsafat adalah ibu ilmu pengetahuan yang kini terlupakan. ketika filsafat hadir sebagai buah rasa ingin tahu manusia dan mengantarkan manusia pada kecintaannya pada kebenaran, pada saat itulah manusia belajar pada alam yang melingkupinya. Perkembangan pengetahuan dan kebutuhan manusia membawa filsafat melahirkan ilmu pengetahuan..

Ilmu pengetahuan sebagai hasil interaksi rasionalitas manusia dengan alam semesta, wujud rasa ingin tahu manusia terhadap alam semesta. pengetahuan yang lahir dalam interaksi ini menjadikan manusia lebih dekat dengan alam sekitarnya, ilmu pengetahuan menjadikan manusia lebih menghormati, menghargai kontribusi alam yang begitu besar terhadap manusia. ilmu pengetahuan yang lahir dari rasa ingin tahu manusia akan alam semesta pada mulanya mengantarkan manusia lebih menyatu dengan alam.

pada perkembangannya, pendewaan rasionalitas manusia mengantarkan manusia merasa lebih dari alam, alam tak lebih sebagai objek kajian dan tujuannnya adalah menyediakan kebutuhan manusia. pandangan antroposentris telah menjadikan alam semesta sebagai sub.ordinat. mengutip kata capra dalam bukunya titik balik peradaban " alam semesta yang sebelumnya sebagai ibu tempat menyusu yang sangat dihormati menjadi wanita pelacur yang diexploitasi".

Ilmu pengetahuan yang awalnya adalah buah rasa ingin tahu manusia (filsafat) yang mendekatkan manusia dengan alam telah melahirkan teknologi yang berguna untuk memuaskan nafsu manusia. teknologi yang lahir dari ilmu pengetahuan tak mengenal lagi neneknya, sang filsafat. seorang ilmuwan atau teknokrat(teknolog) akan bingung berbicara dengan sang filosof. sang filosof dianggapnya tidak up date lagi, tidak dibutuhkan di masa kini... sang teknolog dan ilmuwantak tahu lagi dari mana dia lahir dan untuk apa. Mereka dengan egois merasa paling bangga menghadirkan sesuatu yang "bermanfaat bagi manusia" dalam pandangannya, meski itu nyata- nyata mengantarkan manusia pada kehancuran....

Refleksi kebangkitan (keterpurukan) Bangsa

Oleh : Syahid Arsjad

101 tahun yang lalu, kesadaran akan pentingnya kebangsaan muncul dari tokoh- tokoh terdidik bangsa kita. Mereka dididik oleh Belanda tentu saja bukan untuk memiliki paham kebangsaan seperti itu. Mereka oleh Belanda hanya dipersiapkan sebagai pegawai. Kesadaran tersebut muncul sebagai efek dari intelektualitas yang mereka miliki.. Rasa ingin tahu yang dimiliki seorang terdidik akan terus berkembang sehingga Intelektualitas yang tumbuh secara benar akan membuatnya peka terhadap persoalan yang ada disekelilingnya. Pemiskinan dan penderitaan kaum pribumi pada saat itu adalah sebuah problem yang sangat mengganjal hati kaum terdidik dan mereka secara filosofis mencari akar masalah dan solusinya. Ditemukanlah Ide besar “ kebangsaan” sebagai modal dasar perlawanan terhadap Penjajahan sebagai sebuah jawaban atas kondisi Pemiskinan dan penderitaan masyarakat pribumi saat itu .

Perasaan senasib, perasaan sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, memiliki harga diri, kepercayaan diri akan kemampuan menentukan nasib sendiri untuk keluar dari pemiskinan dan penderitaanu menjadi sebuah kesadaran baru. Semangat ini terus menggelora dan digelorakan oleh para founding father kita sebagai modal besar untuk bangkit melawan penjajah. Bahwa keadilan dan kemakmuran itu harus diperjuangkan, bukan pemberian bangsa lain. Dan kemerdekaan itu adalah “jembatan emas” menuju kemakmuran, karena hanya bangsa yang merdeka yang mampu menentukan sikapnya, langkah-langkahnya untuk menuju keadilan dan kemakmuran. Bukan dengan campur tangan bangsa lain.

Semangat kemandirian, harga diri, kepercayaan diri sebagai bangsa akan kemampuan menentukan nasib sendiri dibuktikan oleh para founding father dengan menolak kemerdekaan sebagai pemberian bangsa lain. Tetapi dengan usaha sendiri memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini ditahun 1945. Semangat kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri akan kemapuan sebagai bangsa untuk menentukan nasib dan memperjuangkan kemakmurannya juga mengejawantah dalam Konstitusi kita UUD 1945 , pemikiran dan kebijakan Soekarno-Hatta, sebagai presiden dan wakil presiden RI yang pertama. Pemikiran Dan Kebijakan Politik Sukarno yang anti neo-kolonialisme, Pemikiran dan kebijakan ekonomi Muh. Hatta yang menolak kapitalisme, dan mengusung ekonomi kerakyatan dan memproteksi sector-sektor produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak , jelas dilandasi semangat kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Ketika Orde baru berkuasa yang menjadikan ekonomi sebagai panglima, Bangsa kita sepertinya kurang percaya diri akan kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Jargon pembangunan membawa Negara kita dibangun dengan bantuan asing yang berlebihan. Modal yang diberikan oleh bangsa asing tentu saja bukan tanpa motif . Entah disadari atau tidak oleh pengambil kebijakan atau memang karena lunturnya semangat kemandirian sebagai sebuah bangsa sehingga Hutang negara ini terus menumpuk. Negara kita menjadi ketergantungan hutang seperti seorang yang ketagihan nakoba dan tanpa sadar kekayaan alam yang melimpah pun tergadai, Kebijakan Negara dintervensi oleh asing sehingga kita tidak lagi sepenuhnya bebas menentukan nasib kita sebagai sebuah bangsa yang berdaulat.Kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang diperjuangkan puluhan tahun oleh founding fathers kita terpuruk. Bukankah hal ini sama – saja dengan terjajah?

Hutang luar negeri pun tidak di pergunakan secara bijak, Ekonomi Orde baru dibangun menjadi sebuah menara gading dan Akhirnya tumbang.Tumbangnya orde baru dan lahirnya era reformasi seharusnya menyadarkan bangsa ini akan pentingnya kemandirian, harga diri, dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Sebuah bangsa yang mampu menentukan nasibnya sendiri. Jika founding fathers kita telah menyerahkan kemerdekaan sebagai pertanda lepasnya intervensi bangsa asing kepada generasi kita. Dan hal tersebut di pahami, diyakini dan diperjuangkan serta dihadirkan sebagai sebuah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur. mengapa hari ini kita ragu- ragu sebagai bangsa yang bisa menentukan nasib sendiri? Mengapa kita ragu – ragu menolak intervensi asing? Bukankah ini bentuk penghianatan terhadap perjuangan founding fathers kita?

Jatuhnya Orde baru dan keterpurukan bangsa adalah pelajaran sejarah yang sangat berharga bagi bangsa ini. 11 tahun reformasi pun telah berlalu, 11 tahun sudah kita mencoba untuk bangkit kembali sebagai sebuah bangsa yang mandiri, memiliki harga diri, memiliki kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat yang bisa menentukan nasibnya sendiri. Untuk itu kita harus punya keberanian mengatakan tidak pada intervensi asing, mengatakan tidak pada neoliberalisasi yang memiliki agenda terselubung . Atau bangsa ini akan terpuruk selamanya.

Amanah

Oleh : Syahid Arsjad

Kata amanah sudah sangat familiar ditelinga kita. Kata Amanah memiliki akar kata yang sama dengan Iman dan Aman yaitu Amina. Kata amanah, Iman dan Aman juga memiliki kedekatan makna. Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan. Iman adalah kepercayaaan dan aman adalah sesuatu yang dipercaya tanpa gangguan atau kekhawatiran. Nabi Muhammad SAW sendiri bergelar Al - Amin yang artinya yang terpercaya.

Amanah akan sulit terlaksana tanpa iman dan amanah adalah bukti keimanan. Apabila seorang tidak dapat memegang amanah suatu pertanda dia bukan orang yang beriman, tepatnya orang munafiq. Karena itulah dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW. Bersabda (yang artinya) :
"Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Bila berbicara bohong, bila berjanji mungkir, bila diberi amanah dia khianat (HR.Bukhari Muslim dari Ibnu Mas'ud).

Seseorang yang beriman jika di beri amanah akan memberi rasa aman baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Bila sebuah negeri di amanahkan kepada orang yang beriman maka insya Allah negeri tersebut pasti akan Aman dan sentosa. Dan sebaliknya jika negeri ini dititipkan pada pemimpin yang tidak beriman ( tidak amanah) alias khianat maka tunggulah kacau balaunya negeri tersebut.

Korupsi, kolusi dan nepostisme adalah pertanda tidak amanahnya seorang pemimpin . pemimpin yang demikian itu akan membawa rakyatnya dalam jurang kemiskinan, membuat negerinya terlilit hutang dan bangkrut. Hilangnya Rasa aman dari perasaan warganya, bahkan yang terlihat adalah ketertindasan kaum yang seharusnya dilindungi oleh Negara.

Oleh karena itu kita dilarang memberikan amanah kepada orang yang tidak tepat. Rasulullah SAW. Pernah mengingatkan: "Idza dhuyi'atil amanah fantazhirissa'ah" artinya : Bila disia-siakan amanah maka tunggulah kehancuran!. Lalu sahabat bertanya: "Wakaifa idha'atuha?" Rasulullah menjawab :"Idza wusidal amru ila khairi ahlihi fantazhirissa'ah!". Bila diserahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran!

Saat ini kita sedang dalam proses memilih pemimpin bangsa. Marilah kita menggunakan kesempatan ini dengan baik untuk menitipkan amanah yang berat ini kepada orang yang tepat menurut kita. Orang yang menurut kita amanah, orang yang menurut kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Janganlah kita memilih pemimpin dengan alasan yang Tidak dapat dipertanggungjawabkan misal karena sesuku, tampilan fisik dan lain-lain yang tidak berkorelasi dengan kemampuan dan integritas calon pemimpin.

Tanggung jawab memilih pemimpin bangsa yang tepat untuk 5 tahun kedepan adalah amanah kita sebagai warga Negara dan juga harus dipertanggung jawabkan. kesalahan kita memilih pemimpin akan berdampak besar bagi negeri ini kedepan.Semoga dapat terpilih pemimpin yang amanah, yang dapat memberi rasa aman dan keadilan bagi rakyatnya.

Mattola palallo

Entah kenapa malam ini saya memilih duduk didepan kamar, memandang langit Dago yang gelap dengan sedikit bintang . . Duduk menatap langit yang tanpa batas membawaku menelusuri jejak-jejak yang telah kulalui, satu persatu orang –orang yang pernah bersua dalam hidup muncul menyapa membawa sejumput rindu. Pikiranku Menerawang jauh, menelusuri waktu demi waktu yang telah kujalani. Hidup serasa baru kemarin, tapi ribuan kisah telah terukir di benak. Tersimpan rapi dan takkan terlupa, suka duka, tangis bahagia, bercampur menjadi satu kenangan indah.

Ketika Lamunan membawaku menapaki masa kecil di kampung halaman, sepasang wajah paruh baya tak bisa berpindah, Ayah dan Ibuku memang mengisi sebagian besar memori masa kecilku. Beliau terlalu baik bagi kami anak-anaknya. Meski kami terlahir di keluarga yang tak cukup berada, kami tak pernah merasa kurang dengan Kasih sayang dan perhatian yang di berikan. Bagi mereka masa depan anak adalah segalanya, bukan sekedar kata tapi dibuktikan dengan perjuangan dan pengorbanan. saya sadar ada banyak anak yang tidak seberuntung diriku, sesuatu yang membuatku selalu merasa berdosa jika lupa bersyukur.

Menatap langit di waktu malam adalah kebiasaan Ayah Ibuku. Selepas makan malam ketika kami sedang belajar, mereka berdua memilih menatap langit dari pada menonton TV. Ditemani radio yang melantunkan lagu-lagu keroncong kesenangan Ayah. Entah apa saja yang mereka perbincangkan, tapi yang kutahu pembahasan tentang masa depan anak- anaknya adalah topic yang tak pernah usai.
Jika saya ikut duduk bersamanya, Ayah selalu menceritakan masa kecilnya yang yatim. Sekolah dengan sepasang baju dan kisah- kisah menyedihkan lainnya. Membuatku selalu merasa beruntung dan termotivasi.

Menurut Ayah, sebagai orang Bugis kita harus memegang prinsip “ Mattola Palallo”. Bahwa seorang anak seharusnya lebih sukses dari orang tuanya. Generasi penerus harus lebih baik dari generasi sebelumnya. Dan keberhasilan orang tua adalah ketika mampu mejadikan anaknya sukses melebihi dirinya (mattola palallo). Jika tidak mampu melebihi cukuplah dengan menyamai kesuksesan orang tuanya (mattola pada). Baik dalam tingkat pendidikan dan kelayakan penghidupan.

Saat tam’at SMA dan lulus tes masuk di universitas, Ayah memanggilku duduk menemaninya menatap langit. Saya berpikir tentu Ayah akan berkeluh kesah dengan perjuangannya yang berat memenuhi biaya kuliah bersama 2 orang kakakku yang juga belum selesai waktu itu. Namun ayahku tak menyampaikan itu, (disuatu waktu setelahnya beliau menyampaikan bahwa keikhlasan orang tua dalam membiayai anaknya dalam mengejar cita-cita sangat mempengaruhi kesuksesannya sehingga pantang baginya berkeluh kesah). Saat Itu Ayah Berkata,”Nak, Saya berharap kamu sukses mengejar cita-citamu. Tak usahlah berpikir untuk membalas apa yang kami lakukan untukmu. Bagi kami, Ayah ibumu, hidup seperti ini sudah cukup dan kami mensyukurinya. Saya Cuma meminta kamu membalasnya dengan menjaga nama baik dan tidak mencoreng nama orang tuamu.”. Saya Cuma mengiyakan tanpa berkomentar , kata-kata ini tersimpan rapi di benakku sampai hari ini.

Dua minggu sebelum aku berangkat KKN Ayahku mendadak dipanggil menghadap Allah SWT. Seperti tak memberi kesempatan buatku untuk membalas ketulusannya ataupun sekedar mengecap buah kesuksesan apa yang telah di tanamnya. Langit Dago makin kelam, tak tampak bintang. Gerimis datang bersama air mata yang tak terasa menetes mengenang Ayah (semoga lapang disisi Allah SWT). Teringat Istriku di Makassar yang lagi mengandung anak pertamaku. Tak lama lagi aku akan menjadi seorang Ayah….. Semoga.

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku,dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai, sertaberilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.Sungguh aku bertaubat kepada-Mu, dan sungguh aku adalah termasuk golongan orang-orang yang berserah diri."
(QS. Al-Ahqâf. 15).